Tulang adalah jaringan hidup yang secara terus-menerus memperbaharui dirinya sendiri. Dalam tubuh kita, ada dua kelompok sel khusus yang berperan sebagai “maintenance crew”. Kelompok pertama disebut osteoklas, membuat lubang di tulang (proses resorpsi), kemudian meninggalkan lokasi. Saat mereka pergi, kelompok kedua yaitu osteoblas, dating dan mengisi celah tersebut (proses formasi). Bahan yang mereka simpan di celah tersebut mengeras sehingga terbentuk tulang baru. Proses ini disebut bone remodeling (proses pembentukan tulang).
Proses alami yang berjalan seimbang ini, berlangsung terus-menerus dan selesai setiap tiga sampai empat bulan. Proses ini telah dimulai sejak manusia masih dalam kandungan dan terus dibentuk sampai tercapai puncak massa tulang. Tulang kortikal (bagian luar tulang yang padat) mencapai puncak kepadatannya pada akhir dasawarsa keempat, sedangkan tulang trabekular (pembungkus tulang bagian dalam), pada usia 30 tahun.
Sayangnya, seiring bertambahnya usia, proses remodeling menjadi tidak seimbang. Kedua grup sel yang berperan sebagai maintenance crew tadi bekerja kurang efisien dan kurang kompak. Osteoblas yang membentuk tulang tidak bisa mengikuti kecepatan kerja osteoklas yang merusak tulang. Pada orang yang mempunyai tulang kuat dan sehat, konsumsi kalsium yang mencukupi bisa membantu proses remodeling berjalan seimbang. Ini artinya, penggantian tulang baru akan berjalan lebih efisien, yang membantu mengurangi berkurangnya massa tulang.
Pada wanita, perubahan proses remodelling ini biasanya dimulai pada usia 40 tahun, saat jumlah estrogen menurun. Menurut DR. dr. Ichramsjah A. Rachman, SpOG-KFER dalam makalahnya “Cara Mudah Mencegah Osteoporosis,” pada saat ini terjadi kehilangan massa tulang 2,5% sampai 5% per tahun. Berarti, selama kehidupannya wanita akan kehilangan massa tulang 45-50%, sedangkan pria hanya 20-30%. Penurunan massa tulang lebih cepat pada tulang trabekular dibanding tulang kortikal, karena luas permukaan tulang trabekular lebih besar dan proses metabolisme bagian ini pun lebih aktif.
Proses remodelling tulang ini dipengaruhi oleh:
a. FAKTOR EKSTERNAL (faktor di luar tulang)
1. faktor keturunan (genetik)
Mereka yang berkulit hitam (Afrika) umumnya mempunyai kepadatan tulang yang lebih tinggi dan risiko terkena osteoporosis lebih rendah dibandingkan orang kulit putih. Sedangkan orang cina mempunyai massa tulang lebih kecil. Faktor genetik menentukan kira-kira 80% kepadatan mineral tulang.
2. faktor lingkungan (gizi, aktivitas, gaya hidup, sinar matahari, dan obat-obatan)
- Pemasukan kalsium dan energi dapat menentukan batas pertumbuhan tulang yang optimal. Kalsium dan fosfat banyak terdapat pada keju, yoghurt, kuning telur, kerang-kerangan, kol, asparagus, dan lain-lain. Kedua unsur tadi terdapat dalam bentuk ion Ca2+ dan PO3- agar dapat masuk ke dalam tulang sebagai garam kalsium fosfat.
- Aktivitas fisik yang menentkan kepadatan tulang adalah olahraga, khususnya yang menggunakan beban. Olahraga jenis ini penting agar terjadi gaya mekanik pada tulang yang juga berhubungan dengan gaya tarik bumi. Terbukti tuang yang mendapat gaya mekanik (mendapat tekanan dan pembebasan gaya) secara periodik dan teratur, akan bertambah massa tulangnya.
- Faktor gaya hidup (merokok, minum alkohol, konsumsi obat-pbatan yang mengandung steroid), mengubah keseimbangan remodeling tulang kearah perusakan tulang. Faktor matahari sangat penting karena dengan paparan sinar matahari pada kulit, akan terbentuk pre vitamin D3 yang dapat meningkatkan penyerapan kalsium.
Kekurangan estrogen membuat kadar kalsium di darah berkurang. Tubuh kita mengatasi hal ini dengan mengambil simpanan kalsium di tulang dan gigi.
b. FAKTOR INTERNAL
1. Osteoblas, adalah sel-sel pembentuk matriks tulang yang dibentuk oleh sel-sel mesenkin. Fungsi osteoblas adalah membentuk serabut intra kolagen yang merupakan bagian dari formasi tulang.
2. Osteoklas, adalah sel-sel yang menyerap tulang, berasal dari makrophag yang prosesnya terbentuk di sumsum tulang.
3. Osteosit, merupakan transformasi dari osteoblas, yang pada keadaan tertentu menghentikan sistem matriks tulang dan tersimpan di dalam tulang. Fungsi secara jelas belum diketahui.
Untuk memastikan apakah tulang mengalami kehilangan atau perubahan massa, kita perlu memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan massa tulang ini mirip dengan pemindaian (scanning) sinar x berintensitas rendah, yang biasa dilakukan pada pergelangan tangan dan kaki, tulang belakang, atau bahkan seluruh tubuh, untuk mencari titik kelemahan atau tulang yang berisiko patah. Kalau merasa mempunyai risiko yang tinggi, segera periksakan diri ke dokter dan pertimbangkan untuk menjalani bone densitometry untuk memeriksa massa tulang.
(Sumber: bonus fit no. 10/V/oktober 2001)
Baca Selanjutnya....