Tampilkan postingan dengan label Cytomegalovirus (CMV). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cytomegalovirus (CMV). Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 November 2010

VIRUS CYTOMEGALIA (CMV)

Apa CMV itu…?
Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik (IO). Virus ini sangat umum. Sampai 85% masyarakat di AS terinfeksi CMV pada saat mereka berusia 40 tahun. Statistik untuk Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat mengendalikan virus ini, sehingga tidak mengakibatkan penyakit.
Waktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, CMV dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit termasuk HIV. Terapi antiretroviral (ART) sudah mengurangi angka penyakit CMV pada Odha secara bermakna. Namun, kurang lebih 5% Odha masih mengalami penyakit CMV.
Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Kematian sel ini dapat menyebabkan kebutaan secara cepat jika tidak diobati. CMV dapat menyebar keseluruh tubuh dan menginfeksi beberapa organ sekaligus. Risiko penyakit CMV tertinggi waktu jumlah CD4 dibawah 50. Penyakit CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 diatas 100.
Tanda pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. Ini disebut ‘floater’ (katung-katung) dan mungkin menunjukkan adanya radang pada retina. Kita juga mungkin memperhatikan cahaya kilat, penglihatan yang kurang atau bengkok-bengkok, atau tidak buta. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 kita dibawah 200 dan kita mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya kita langsung menghubungi dokter.
Beberapa Odha yang baru saja mulai memakai ART dapat mengalami radang dalam mata, yang menyebabkan kehilangan penglihatan. Masalah ini disebabkan oleh sindrom pemulihan kekebalan. Sebuah penelitian baru memberi kesan bahwa orang dengan CMV aktif lebih mudah menularkan HIV-nya pada orang lain.

Bagaimana CMV Diobati?
Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus setiap hari, sebagian besar orang memasang ‘keran’ atau buluh obat yang dipasang secara tetap pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup.
Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat ini ada tujuh jenis pengobatan CMV yang disetujui oleh FDA di AS. ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika jumlah CD4-nya diatas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama tiga bulan. Namun ada dua keadaan yang khusus:
1. Sindrom pemulihan kekebalan dapat menyebabkan radang yang berat pada mata Odha walaupun sebelumnya tidak pernah berpenyakit CMV. Dalam hal ini, biasanya pasien diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya.
2. Bila jumlah CD4 turun di bawah 50, risiko penyakit CMV meningkat.

Apakah CMV Dapat Dicegah?
Gansiklovir disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga 12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilaksis ini bermanfaat. Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Akhirnya, ART dapat menahan jumlah CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga yang memakainya tidak akan berpenyakit CMV.


Bagaimana Kita Dapat Memilih Pengobatan CMV?
Ada beberapa masalah yang sebaiknya dipertimbangkan jika memilih pengobatan penyakit CMV aktif:
a. Apakah ada risiko pada penglihatan?
Kita sebaiknya bertindak secara cepat agar kita tidak menjadi buta.
b. Seberapa efektif pengobatan?
Gansiklovir suntikan adalah pengobatan CMV yang paling efektif secara keseluruhan. Bentuk susuk sangat baik untuk menghentikan retinitis. Namun susuk hanya bekerja pada mata yag ditanam.
c. Bagaimana obat diberikan?
Pil paling mudah ditangani. Pengobatan kedalam pembuluh darah meliputi suntikan atau buluh obat yang mungkin menimbulkan infeksi.
d. Apakah terapinya lokal atau sistemik?
Terapi lokal hanya mempengaruhi mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan mengakibatkan kebutaan. Karena itu, penyakit ini diobati dengan manjur waktu pertama ditemukan. Obat baru dalam bentuk suntikan dan susuk menempatkan obat langsung dalam mata, dan menimbulkan dampak terbesar pada retinitis. CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain. Untuk menanggulangi di bagian tubuh lain, kita membutuhkan terapi sistemik (seluruh tubuh). Pengobatan suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir, dapat dipakai.
e. Apa efek sampingnya?
Beberapa obat CMV dapat merusak sum-sum tulang atau ginjal. Ini mungkin membutuhkan obat tambahan. Obat lain meliputi infus selama waktu yang lama. Membahas efek samping pengobatan CMV dengan dokter.
f. Apa saran pedoman?
Baru-baru ini ada beberapa pedoman professional yang menyarankan penggunaan valgansiklovir sebagai pengobatan pilihan untuk pasien yang tidak beresiko segera kehilangan penglihatannya.

Garis Dasar
Penggunaan ART adalah cara terbaik untuk mencegah CMV. Jika jumlah CD4 kita rendah, dan kita mengalami gangguan penglihatan APA PUN, kita harus langsung periksa ke dokter!
Pengobatan langsung pada mata memungkinkan pengendalian retinitis CMV. Dengan obat CMV baru, kita dapat menghindari buluh obat yang dipasang pada tubuh kita dan infus harian.
Sebagian besar orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika jumlah CD4-nya naik dan tetap di atas 100-150 waktu memakai ART.
(Sumber: Lembaran Informasi 501, Yayasan Spiritia)

Baca Selanjutnya....

Rabu, 30 Desember 2009

Cytomegalovirus (CMV)

Cytomegalovirus atau disingkat CMV merupakan anggota “keluarga” virus herpes yang biasa disebut herpesviridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Pada awal infeksi, CMV aktif menggandakan diri. Sebagai respon, sistem kekebalan tubuh akan berusaha mengatasi kondisi tersebut, sehingga setelah beberapa waktu virus akan menetap dalam cairan tubuh penderita seperti darah, air liur, urin, sperma, lendir vagina, ASI, dan sebagainya. Penularan CMV dapat terjadi karena kontak langsung dengan sumber infeksi tersebut, dan bukan melalui makanan, minuman atau dengan perantaraan binatang. Cytomegalovirus juga jarang ditemukan pada trasfusi darah.

Karakteristik CMV

Karakteristik CMV adalah sebagai berikut: termasuk famili Herpesvirus, diameter virion 100-200 nanomikron, mempunyai selubung lipoprotein (envelope), bentuk ikosahedral nukleokapsid, dengan asam nukleat berupa DNA double-stranded. Nama "Cytomegalo" mengacu pada ciri khas pembesaran sel yang terinfeksi virus, di dalam nukleusnya, dijumpai inclusion bodies, dan membesar berbentuk menyerupai mata burung hantu (owl’s eye). Cytomegalovirus dapat dipisahkan dari virus herpes lainnya dengan menggunakan perangkat biologi seperti jenis semang dan jenis sitopatologi yang ditimbulkan. Pembelahan virus dihubungkan dengan produksi inklusi intranukleus yang besar dan inklusi intrasitoplasma yang lebih kecil. Virus ini tampaknya bereplikasi dalam berbagai jenis sel in vivo; pada biakan jaringan virus lebih banyak bereplikasi di fibroblast.

Masih belum jelas apakah sitomegalovirus bersifat onkogenik dalam tubuh. Walaupun jarang sekali, virus ini dapat mengubah bentuk fibroblast, dan pecahan gen perubah bentuk ini telah ditemukan. CMV cepat menyebar biasanya melalui berbagai macam cairan tubuh orang yang telah terinfeksi CMV, seperti contohnya air seni, air liur, darah, air mata, mani, dan air susu ibu. Penyebaran virus ini dapat berlangsung tanpa adanya gejala-gejala klinis terlebih dahulu. Penularan dapat juga terjadi diantara ibu dengan janin dan pada transfuse organ atau cangkok pada bagian badan tertentu.

Pathofisiologi

CMV merupakan virus litik yang menyebabkan efek sitopatik in vivo dan in vitro. Tanda patologi dari infeksi CMV adalah sebuah pembesaran sel dengan tubuh yang terinfeksi virus.sel yang menunjukan cytomegaly biasanya terlihat pada infeksi yang disebabkan oleh betaherpesvirinae lain. Meskipun berdasarkan pertimbangan diagnosa, penemuan histological tersebut kemungkinannya minimal atau tidak ada pada organ yang trinfeksi. Ketika inang telah terinfeksi, DNA CMV dapat di deteksi oleh polymerase chain reaction (PCR) di dalam semua keturunan sel atau dan sistem organ didalam sistem tubuh. Pada permulaannya,CMV menginfeksi sel epitel dari kelenjar saliva, menghasilkan infeksi yang terus menerus dan pertahanan virus. Infeksi dari sistem genitif memberi kepastian klinik yang tidak konsekuen. Meskipun replikasi virus pada ginjal berlangsung terus-menerus, disfungsi ginjal jarang terjadi pada penerima transplantasi ginjal.

Patogenesis

Infeksi bawaan cytomegalovirus dapat terjadi karena infeksi primer atau reaktivasi dari ibu. Namun, penyakit yang diderita janin atau bayi yang baru lahir dikaitkan dengan infeksi primer ibu. Infeksi primer pada usia anak atau dewasa lebih sering dikaitkan dengan respon limfosit T yang hebat. Respon limfosit T dapat mengakibatkan timbulnya simdroma mononukleosis yang serupa seperti dialami setelah infeksi virus Epstein-Barr. Tanda khas infeksi ini adalah adanya limfosit atipik pada darah tepi. Sekali terkena, selama masa simtomatis infeksi primer, cytomegalovirus menetap pada jaringan induk semangnya. Tempat infeksi yang menetap dan laten melibatkan bermacam sel dan organ tubuh. Penularan transfusi darah atau transplantasi organ berkaitan dengan infeksi terselubung dalam jaringan ini. Penelitian bedah mayat menunjukan kelenjar liur dan usus merupakan tempat terdapat infeksi yang laten. Stimulasi antigen kronis (seperti yang timbul setelah transplantasi organ) disertai melemahnya sistem imun merupakan keadaan yang paling sesuai untuk pengaktifan cytomegalovirus dan penyakit yang disebabkan oleh cytomegalovirus. Cytomegalovirus dapat menyebabkan respons limfosit T yang lemah, yang sering kali mengakibatkan superinfeksi oleh kuman oportunistik. Cytomegalovirus juga dapat mejadi faktor pembantu dalam mengaktifkan infeksi laten HIV.

Penyakit yang Berhubungan

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh cytomegalovius adalah CMV retinitis. Ini mempengaruhi mata yang menyebabkan kerusakan retina. Kemungkinan dari perkembangan CMV retinitis meningkat, jumlah dari sel CD4 berkurang. CMV retinitis mungkin mempengaruhi salah satu mata terlebih dahulu,tetapi biasanya berlanjut ke mata yang satunya dan menjadi bertambah buruk seiring dengan menurunnya kemampuan pasien melawan infeksi tersebut.virus tersebut sedang mengancam dan biasanya meminta perhatian dan perawatan dari ahli bedah mata.pasien dengan CMV retinitis beresiko untuk kehilangan retina, pendarahan, dan peradangan pada retina yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan permanen dan menjadi buta.

Gejala dan Tanda-tanda

CMV retinitis biasanya menimbulkan gejala, tapi jarang pasien dengan kondisi sistem imun tertekan harus memperhatikan gejala-gejala pada mata berikut selama perawatan.
• Kehilangan penglihatan tiba-tiba
• Penglihatan menjadi kabur
• Bintik buta
• Sorotan cahaya

Penanganan CMV dengan Herbal
CMV dapat di terapi secara rutin dengan menggunakan kombinasi KIWA dan CANBAT yang diminum secara bergantian pagi dan sore.
(http://mikrobia2.files.wordpress.com/2008/05/i-putu-chandradinita078114002.pdf)
Baca Selanjutnya....