Sabtu, 21 Februari 2009

Saatnya Beralih Ke Herbal

Hidup kembali ke alam atau lebih trend dengan sebutan back to nature, kini bukan saja menjadi semboyan namun telah menjadi kebutuhan bagi masyarakat modern yang merindukan segala sesuatu yang selaras dan seimbang dengan alam. Kemajuan teknologi dan perkembangan zaman yang semakin cepat, menuntut manusia untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kehidupan yang disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi keseimbangan ritme hidupnya sehingga dapat menyebabkan terganggunya kesehatan akibat dari pengaruh pola dan gaya hidup yang kurang baik.

Menurut pengobatan modern, terjadinya penyakit itu karena adanya patogen eksternal tertentu yang menyerang tubuh, dan penyakit dianggap sebagai musuh yang harus dimusnakan. Terapi yang dijalankan berupa eradikasi (pemusnahan) dengan menggunakan bahan kimia (chemical), operasi dan penyinaran (radiasi). Sedangkan menurut pengobatan tradisional, terjadinya penyakit lebih dikarenakan adanya gangguan keseimbangan dalam tubuh atau adanya defisiensi diantara berbagai macam energi internal dan metabolisme. Penyakit bukan dianggap musuh yang harus dimusnahkan, sehingga terapi yang dijalankan adalah dengan mengembalikan keseimbangan baik energi maupun metabolisme dalam tubuh dengan bahan alami.

Penyakit yang timbul belakangan ini lebih banyak disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh akibat mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang tidak terkendali serta gangguan faal tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Yang termasuk penyakit metabolik antara lain: diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, dll. Sedangkan yang termasuk penyakit degeneratif antara lain adalah : rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambeien/wasir) dan pikun (Lost of memory).

Untuk menanggulangi penyakit tersebut diperlukan pemakaian obat dalam waktu lama sehingga jika menggunakan obat modern dikhawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam atau obat tradisional, yang mempunyai kelebihan yaitu meskipun penggunaannya dalam waktu lama tetapi efek samping yang ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.

Dalam bidang pengobatan, pada dekade akhir abad ke 20 semangat "back to nature" mulai bergema di dunia barat (negara-negara maju) dimana masyarakat mulai sadar bahwa pengobatan modern yang umumnya menggunakan obat kimia memiliki kelemahan-kelemahan yang signifikan, dan mulai kembali pada pengobatan alami (tradisional) yang menggunakan tanaman obat (herbal) karena khasiat serta manfaatnya telah dirasakan. Obat herbal Indonesia selama ini lebih dikenal dengan nama jamu dan identik dengan serbuk yang harus diseduh.

Obat modern adalah obat yang dibuat dari bahan sintetik atau bahan alam yang diolah secara modern, digunakan serta diresepkan oleh dokter dan kalangan medis untuk mengobati penyakit tertentu. Sedangkan obat tradisional umumnya berupa herbal yang diracik dari tanaman atau tumbuhan obat, dimana sebagian besar komponen kimia dari tanaman tersebut merupakan hasil metabolit sekunder. Obat tradisional, dalam hal ini yang berbentuk jamu telah dikenal masyarakat Indonesia sejak berabad silam sebagai bagian dari usaha menjaga kesehatan, menambah kebugaran, atau meningkatkan kecantikan. Mengkonsumsi obat tradisional diyakini mengandung manfaat yang luar biasa bagi sistem metabolisme tubuh dan tidak berdampak negatif pada kesehatan, karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya.

Menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman. Hingga saat ini seperempat dari obat-obat modern yang beredar di dunia berasal dari bahan aktif yang diisolasi dan dikembangkan dari tanaman. Sebagai contoh misalnya aspirin adalah analgesik paling popular yang diisolasi dari tanaman Salix dan Spiraea, vincristin obat kanker yang diisolasi dari ekstrak Tapak Dara (Catharanthus roseus). Indonesia yang dikenal sebagai salah satu dari 7 negara yang mempunyai keanekaragaman hayati terbesar ke dua setelah Brazil, tentu sangat potensial dalam mengembangkan obat herbal yang berbasis pada tanaman obat kita sendiri. Lebih dari 1000 spesies tumbuhan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Tumbuhan tersebut menghasilkan metabolit sekunder dengan struktur molekul dan aktivitas biologi yang beraneka ragam, memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi obat berbagai penyakit.

Obat-obatan yang berasal dari bahan kimia tetap bisa dikonsumsi selama dosis yang digunakan masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh. Namun tidak dipungkiri, penggunaan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan efek negative terhadap berbagai fungsi dan sistem kerja organ tubuh bila dikonsumsi dalam jangka lama.

Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan dalam menggunakan obat modern (obat kimia) diantaranya :
  1. Dapat menimbulkan efek samping, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dikarenakan sifat dari obat kimia yang berlawanan dengan tubuh. Obat kimia berasal dari senyawa anorganik yang bersifat sintetik, sedangkan kondisi tubuh kita bersifat organis dengan reaksi-reaksi kimia kompleks yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu jika obat kimia dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama tentu akan terakumulasi di dalam tubuh, dan hal ini dapat mengakibatkan terganggunya fungsi dan sistem kerja organ seperti gangguan pada ginjal, gangguan fungsi hati, pada sebagian orang dapat menyebabkan timbulnya alergi karena daya tahan tubuh tiap orang tidak sama, serta berbagai gangguan lainnya.
  2. Hanya memperbaiki beberapa fungsi sistem tubuh, namun tidak memberikan kesembuhan total.
  3. Terkadang kurang efektif untuk mengobati penyakit tertentu yang belum diketahui faktor utama penyebabnya, sehingga pasien bisa minum obat dalam waktu lama tanpa mengalami perbaikan kesehatan yang signifikan.
  4. Harga obat yang tergolong mahal karena sebagian besar bahan baku dan peralatan teknologi yang digunakan masih impor, disamping fluktuasi kurs mata uang di pasar dunia.

Sedangkan pertimbangan yang dapat digunakan bagi mereka yang memilih herbal sebagai obat adalah :
  1. Faktor keamanan, karena herbal tersusun dari bahan-bahan organik dan bersifat kompleks dimana hal ini sesuai dengan kondisi tubuh maka reaksi persenyawaan yang terjadi tidak akan bertentangan. Disamping itu dapat dikonsumsi oleh seluruh keluarga dengan berbagai tingkatan usia.

  2. Efek samping relatif kecil bahkan bisa dikatakan tidak ada, karena banyaknya zat yang terkandung dalam satu tanaman, sehingga konsentrasi dari tiap zat itu relatif kecil atau dosisnya relatif kecil. Berdasarkan prinsip paracelsus; dosis sola fecit venenum, atau dosislah yang menentukan sesuatu menjadi racun, karena dosis setiap zat dalam tanaman obat relatif kecil maka umumnya tanaman obat tidak toksik.

  3. Efektif untuk mengobati penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat kimia seperti: Kanker, Tumor, Darah Tinggi, Darah rendah, Diabetes, Hepatitis. Stroke, Sinusitis, Herpes, Bau badan dll. Dipelajari berdasarkan pengalaman emperis, secara lisan dan tulisan kemudian diteliti dari berbagai aspek seperti botani, kimiawi dan farmakologi. Pendekatan dalam penggunaan herbal lebih ditekankan pada aspek farmakologinya yaitu fungsi herbal dalam proses pengobatan.

  4. Obat herbal memiliki kemampuan memperbaiki keseluruhan sistem karena bekerja dalam lingkup sel dan molekuler. Selain itu juga memiliki kemampuan dalam memperbaiki aktivitas biomolekuler tubuh. Kemampuan ini ada karena obat herbal dapat melakukan biosintesis kombinasi dari senyawa metaboilit sekundernya.

  5. Dapat meningkatkan dan memperbaiki ekspresi gen dalam tubuh. Saat ekspresi gen meningkat dan menjadi lebih baik, hormon dan sistem imun tubuh akan bekerja lebih optimal.Harga relatif terjangkau dan dapat ditanam sendiri dengan membuat tanaman obat keluarga (TOGA).

  6. Penerapannya lebih sederhana, jika diagnosa sudah ditegakkan maka pengobatan dan perawatan dapat dilakukan oleh anggota keluarga, meski bantuan medis masih tetap bisa diperlukan ,misalnya untuk sarana laboratorium.

Disamping berbagai hal tersebut diatas, obat tradisional juga memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

  • Efek farmakologisnya lemah
  • Bahan baku belum terstandarisasi
  • Bersifat higroskopis serta volumines
  • Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

Obat herbal diprediksi mempunyai prospek yang semakin bagus di masa mendatang, sehingga perlu upaya penyiapan strategi, penyempurnaan regulasi, penguasaan dan penerapan iptek dalam pengembangan obat alami ini. Jika ingin berkembang lebih luas dan siap bersaing dengan pasar global, maka mutu produk harus ditingkatkan karena menjadi salah satu kunci dalam persaingan pasar global. Besarnya peluang tersebut bisa membuat produksi obat herbal Indonesia menjadi salah satu sumber devisa negara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar