Jumat, 07 Januari 2011

Menkes Programkan Jamu Jadi Resep Dokter Puskesmas - Tribunnews.com

Menkes Programkan Jamu Jadi Resep Dokter Puskesmas - Tribunnews.com

Baca Selanjutnya....

JAMU WARISAN BUDAYA BANGSA


"Keberadaan tanaman sebagai obat sudah dikenal sejak ribuan tahun silam. Bukti sejarah ini terukir dihelaian lontar, dinding-dinding candi, dan kitab masa lalu. Resep diwariskan turun-temurun, yang tadinya hanya dikenal kalangan tertentu kemudian menyebar hingga masyarakat luas. Dunia mencatat tradisi herbal berkembang pesat di dunia timur. Modernisasi mentautkan tanaman obat dengan dunia farmasi. Perlahan-lahan keampuhannya diakui kalangan ilmiah. Dengan langkah dan cara pengolahan yang benar, khasiat tanaman obat tidak akan berubah."


Jamu adalah produk ramuan bahan alam asli Indonesia, yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan kecantikan.

Kapan pertama kali istilah jamu digunakan oleh orang Indonesia, tidak ada data yang pasti. Menurut pakar bahasa Jawa Kuno, jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno “Jampi” atau “Usodo” yang berarti penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa-doa dan ajian-ajian. Istilah Jampi banyak ditemukan pada naskah kuno jaman Jawa Kuno seperti pada naskah Gatotkaca Sraya, yang digubah oleh Mpu Panuluh pada jaman Kerajaan Kediri, di masa pemerintahan Jayabaya pada tahun 1135-1159 M.

Pada jaman Jawa Baru, yaitu abad pertengahan (15-16 M), istilah usodo jarang digunakan. Sebaliknya istilah jampi yang lebih populer dan digunakan di kalangan keraton sebagai bahasa Jawa Kromo Inggil. Nama Jamu merupakan bahasa Jawa Madyo yang digunakan oleh masyarakat umum, diperkenalkan oleh dukun atau tabib-tabib pengobat tradisional.

Pengobatan menggunakan ramuan jamu sudah dimulai oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Bukti sejarah tertua yang menggambarkan kebiasaan meracik, pemeliharaan kesehatan dan minum jamu ditemukan pada relief Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh dan Tegalwangi, yang dibangun pada masa Kerajaaan Hindu dan Budha.

Relief pada candi Borobudur, yang didirikan pada tahun 772 M, menggambarkan perawatan kesehatan bagian luar tubuh dengan pemijatan dan penggunaan ramuan jamu dan dalam tubuh dengan minum jamu.

Bukti sejarah lainnya adalah Prasasti “Madhawapura” peninggalan kerajaan Hindu Majapahit, abad 13 M, yang menyebutkan adanya profesi peracik jamu yang disebut “Acaraki”.

Budaya menulis sudah dimulai abad ke 5 M, yang ditandai dengan ditemukannya parasasti 7 yupa di Kalimantan Timur, yang bertuliskan huruf Palawa dengan bahasa Sansekerta. Tetapi bukti tertulis tertua mengenai penggunaan jamu dalam pengobatan ditemukan pada daun lontar di Bali yaitu USADA Lontar, ditulis antara tahun 991-1016 M menggunakan bahasa Jawa kuno, Sansekerta, dan bahasa Bali.

Bukti tertulis mengenai ramuan jamu ditulis setelah abad pertengahan (15-16 M), antara lain Serat Centhini, yang ditulis tahun 1814 M; dan “Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi” atau " Tulisan Pengetahuan tentang Jamu Jawa", yang ditulis tahun 1858 memuat sebanyak 1734 ramuan jamu.

Catatan yang memuat istilah jamu ditemukan pada “Serat Parimbon djampi ingkang sampoen kangge ing salami-laminipoen” tahun 1875 M dan BUKU RESEP, ditulis dalam bahasa Melayu memuat banyak istilah jamu. Buku ini merupakan kumpulan resep obat-obatan dan pengobatan tradisional, yang masuk ke dalam koleksi Museum van het Bataviaasch Genoootscha van Kustenen Wetenschappen pada tahun 1909 M.

Di jaman kolonial, beberapa pustaka juga menyebutkan berbagai jenis tanaman di nusantara yang berkhasiat obat. Yacobus Bontius, seorang petualang Portugis, orang eropa pertama yang menerbitkan buku yang memuat jenis-jenis tanaman obat dan kegunaannya, yang ditulis dalam bukunya berjudul “Historia Naturalist et Medica Indiae” pada tahu 1627. Bontius juga merupakan orang pertama yang menulis tentang tumbuhan obat di Jawa tahun 1658 M.

Gregorius Rumphius-seorang ahli botani yang tinggal di Maluku menulis tumbuhan dan hewan yang ada di Maluku, karyanya ditulis dalam buku “Amboinish Kruidboek”. Buku Rumphius lainnya berjudul “Herbarium Amboinense”, merupakan catatan tentang pemanfaatan tumbuhan untuk pemeliharaan kesehaan dan pengobatan, yang ditulis sekitar tahun 1741-1755 M. Monograf tumbuhan obat di Jawa, oleh Horsfield, tahun 1816, Tumbuhan yang beracun dan bermanfaat sebagai obat, oleh Greshoff’s , tahun 1890-1914 M, “Het javaanese receptenboek” (buku resep pengobatan Jawa kuno) oleh Van Hien, tahun 1872. “Indische Planten en haar Geneeskracht” (Tumbuhan Asli dan Kekuatan Penyembuhannya) oleh Kloppenburg-Versteegh, tahun 1907. Publikasi-publikasi tersebut umumnya memuat manfaat setiap jenis tanaman atau berupa ramuan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia pada masa itu. Publikasi tersebut berperan cukup besar dalam perkembangan pengetahuan jamu di Indonesia.

Jamu yang dulunya hanya digunakan oleh kalangan terbatas, kini dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Industri jamu sekala rumah tangga di Indonesia dimulai sejak 200 tahun yang lalu, dirintis oleh Ny. Item dan Ny. Kembar di Ambarawa, Jawa Tengah pada tahun 1825.

Kemudian, di awal 1900 beberapa industri jamu bermunculan, dan bertahan hingga sekarang. Banyak industri jamu yang telah menggunakan teknologi terbaru baik dalam pengolahan, pengemasan, pemasaran dan pengujian secara medis yang lebih terjamin.

Produk jamu yang dulunya identik dengan pengolahan secara sederhana, kini telah diproses secara modern, mekanis dengan pengolahan yang higienis. Berdasarkan produknya, jamu dikelompokkan menjadi obat (jamu) tradisional, obat tradisional terstandar dan fitofarmaka.

Berkat adanya industri-industri jamu ini, jamu menjadi mudah diperoleh di seluruh pelosok negeri, bahkan sampai diekspor ke mancanegara, dan penggunaan jamu menjadi sangat luas, yaitu sebagai pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, relaksasi dan kecantikan.

Pengguna jamu bukan hanya masyarakat di pedesaan saja, tetapi juga masyarakat modern yang tingal di kota-kota besar. Saat ini, diperkirakan 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan Jamu. Bahkan banyak produk jamu Indonesia yang manfaatnya sudah diakui oleh para pakar kesehatan internasional.

Bertitik tolak dari bukti-bukti sejarah penggunaan tanaman obat di atas, dan eratnya penggunaan tanaman obat dalam kehidupan sehari-hari, jamu sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia, sehingga jamu telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia, dan memang tepat bila JAMU ADALAH BRAND INDONESIA.
(Sumber: http://balitro.litbang.deptan.go.id; trubus info kit vol. 08)
Baca Selanjutnya....

Kamis, 04 November 2010

H E P A T I T I S

PENGERTIAN
Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab, biasanya terjadi karena virus. Virus Hepatitis sering ditemukan khususnya di negeri tropis.
Sejumlah virus yang menyebabkan hepatitis yang terpenting adalah virus Hepatitis A dan Hepatitis B, tetapi di negeri tropis (contohnya Afrika) terdapat beberapa jenis virus lain yang sangat berbahaya seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.

HEPATITIS A

Hepatitis A adalah virus yang tidak berbahaya, menyerang terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Penyebarannya terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan, dan biasanya ditularkan melalui air minum yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus atau melalui makanan. Masa inkubasi pendek, hanya beberapa minggu. Penyakit ini sangat menular dan sering muncul sebagai epidemi. Nama lamanya adalah hepatitis epidemica.

Gejala – gejalanya :
a. Pada stadium prodromal terjadi demam ringan.
b. Nafsu makan hilang.
c. Mual-mual.
d. Urin berwarna gelap.
e. Ikterus yang semakin meningkat.
f. Pembesaran hati ringan.
g. Sering terasa nyeri.

HEPATITIS B

Hepatitis B adalah penyakit yang lebih berbahaya. Terdapat diseluruh dunia tetapi kekerapannya sangat tinggi di semua negeri tropis, termasuk Indonesia. Epidemiologinya berbeda dengan hepatitis A. Hepatitis B terjadi pada usia yang lebih lanjut, umumnya berjangkit pada orang dewasa.
Transmisi (penularan) terjadi melalui darah dan produk darah, bahkan dengan jumlah yang sedikit saja sudah cukup. Transmisi melalui alat-alat medik yang pertama kali ditemukan dan dinamakan hepatitis serum. Jarum-jarum termasuk jarum suntik, jarum akupuntur dan alat-alat untuk menusuk jari dapat berbahaya. Donor darah dapat pula menularkan penyakit ini.

Gejala – gejalanya adalah :
a. Terkadang terlihat hepatitis dengan ikterus seperti hepatitis A.
b. Pada stadium prodromal sering ditemukan kemerahan pada kulit dan nyeri sendi.

HEPATITIS C

Hepatitis C sedikit agak langka dibandingkan hepatitis B bertahun-tahun yang lalu, kebanyakan orang yang mengidap penyakit ini mendapatkannya melalui transfusi darah yang jelek, sebelum darah secara rutin diseleksi untuk mencari virus ini.
Sekitar separuh dari orang-orang yang terinfeksi hepatitis C berlanjut menjadi hepatitis kronis. Dan sirosis Hati menyusul sekitar 20 % dari kasus-kasus ini.


TERAPHY DENGAN HERBAL
Penyakit Hepatitis A, B & C dapat diteraphy dengan menggunakan produk ATUK atau CANBAT. Kisaran lama teraphy tergantung dari stadium penyakit.

(Sumber: Buku Petunjuk Penggunaan MEDDIA Herbal, Juni 2005)
Baca Selanjutnya....

9 Golongan Berisiko Osteoporosis

Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan tulang. Osteoporosis merupakan penyakit yang datang diam-diam.

Siapa saja yang berisiko berisiko tinggi terhadap osteoporosis? Berikut ini sembilan golongan yang termasuk berisiko tinggi mengalami keropos tulang.

1. Penderita Hiperparatiroid
Meskipun rendah persentase kejadiannya, hormon paratiroid yang terletak di leher depan kita berdekatan dengan kelenjar tiroid, dapat mengalami keganasan atau tumor. Pada situasi ini, jumlah hormon yang beredar di dalam tubuh akan meningkat. Padahal, seperti kita ketahui, hormon ini sangat erat hubungannya dengan sel osteoclast dalam tulang. Akibatnya, sel-sel osteoclast akan mengalami peningkatan aktivitas.

Akan lebih banyak senyawa kalsium yang diambil dari tulang sehingga menimbulkan peningkatan pesat kadar kalsium dalam darah. Kondisi semacam ini menyebabkan penderita mengalami penurunan selera makan, kemunduran dalam kekuatan otot, nyeri perut, dan pengeroposan tulang bila terjadi secara berlanjut.

2. Penderita Hipertiroid
Sebutan lain untuk hipertiroid adalah basedow. Gejala penderita cukup beragam, tidak sama satu sama lain. Namun, secara umum ditandai oleh mudah berkeringat, lemas, gugup, lekas marah, cemas, gelisah, tidak bisa tidur, lapar terus (anehnya, meskipun sudah makan, berat badan malahan turun), sembelit atau justru diare, tangan gemetar, haid tidak teratur, tekanan darah meninggi, rambut mudah rontok, dan pengeroposan tulang.

Penyebab hipertiroid adalah berlebihnya kadar hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjar gondok. Akibatnya, pertukaran zat dalam tubuh meningkat jauh di atas normal. Pengatur metabolisme tubuh menjadi terlalu aktif, termasuk metabolisme kalsium. Pada kondisi tersebut terjadi pembuangan kalsium secara besar-besaran melalui air seni maupun tinja. Untuk mengimbanginya, terjadilah proses demineralisasi tulang yang lebih aktif.

3. Penderita Anoreksia Nervosa
Penderita anoreksia nervosa (kelainan pola makan) akan melakukan pembatasan konsumsi makanan secara tidak wajar. Mereka akan berupaya mati-matian untuk menjaga berat badan dan bentuk tubuhnya, serta mengendalikan kebiasan makan yang ketat. Seringkali mereka melakukan kegiatan olahraga yang berlebihan dalam upaya mencapai bobot badan ideal menurut imajinasinya.

Pada awalnya penurunan bobot badan yang dilakukan kelihatan cukup realistis. Namun, setelah mencapai target, mereka menetapkan bobot ideal yang lebih rendah. Secara psikologis, mereka sangat peka terhadap kritikan mengenai bobot badan. Diet yang dilakukan seolah-olah menjadi pola hidup. Mereka sebenarnya memiliki rasa lapar yang normal, tetapi rasa lapar tersebut dikontrol dengan ketat.

Makanan berlemak nyaris tidak tersentuh, padahal kandungan energinya tinggi. Penderita anoreksia adalah individu-individu yang memiliki kepedulian tinggi terhadap aspek gizi. Sayang sekali terjadi distorsi pengetahuan gizi, sehingga mereka tidak mampu mempraktikkan konsep-konsep informasi gizi yang diterimanya. Karena itulah penyakit osteoporosis mudah sekali menyerang mereka.

4. Hamil dan Menyusui
Semasa hamil, penyerapan kalsium di dalam usus ibu akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan kalsium bagi bayi yang dikandungnya. Apabila konsumsi kalsium harian pada ibu rendah, kebutuhan bayi akan kalsium terpaksa dipenuhi dari cadangan kalsium yang ada pada tulang ibunya. Hal yang sama juga dapat terjadi selama menyusui. ASI sangat diperlukan oleh bayi untuk hidup sehat, dan salah satu komponen penting pada ASI adalah kalsium. ASI rata-rata mengandung kalsium sebanyak 300 mg per liter. Oleh karena itu, konsumsi kalsium harus ditingkatkan selama menyusui. Jumlah konsumsi yang dianjurkan selama hamil dan menyusui masing-masing sebesar 1.200 mg per hari.

Remaja yang sedang tumbuh (11-24 tahun) dianjurkan mengonsumsi kalsium 1.200 mg per hari. Jarak kehamilan yang terlalu dekat tentu akan mempercepat kehilangan kalsium tulang, terutama bagi yang konsumsi hariannya kurang cukup. Dengan kehamilan yang diatur jaraknya (misalnya 2-3 tahun), diharapkan status kalsium ibu akan kembali normal sebelum hamil dan menyusui berikutnya.

5. Pola Makan yang Tidak Tepat
Makan hendaknya tidak diartikan sebagai rutinitas belaka. Dari aspek kesehatan, pola makan yang salah dapat membahayakan. Pola makan yang sangat mendukung osteoporosis adalah pola makan yang sangat rendah kalsium serta vitamin A, D, dan K. Kecukupan vitamin sebaiknya dipenuhi dari sumber alami, seperti sayuran-sayuran berdaun hijau tua.

Konsumsi tinggi kafein dapat menyebabkan pembuangan kalsium secara besar-besaran dalam air seni. Menghindari konsumsi protein yang terlalu banyak juga dapat mencegah osteoporosis. Hal ini disebabkan protein yang tercerna tubuh, melepaskan asam dalam aliran darah. Asam tersebut akan dinetralisasi tubuh dengan mengurai kalsium dari tulang.

Serat pangan yang dikonsumsi secara berlebihan juga kurang baik bagi tubuh. Serat pangan akan mengikat sebagian besar senyawa makanan dalam usus dan juga menghambat penyerapannya. Senyawa yang paling mudah berikatan dengan serat pangan adalah mineral, termasuk kalsium.

6. Pemakai Obat Kortikosteroid
Perbedaan obat dan racun sangatlah tipis, yang membedakan hanyalah dosis yang dipakai. Beberapa jenis obat dapat mengganggu kepadatan tulang. Pola yang ditimbulkan dapat berwujud gangguan dalam penyerapan kalsium atau gangguan terhadap mekanisme kerja hormon pengatur seperti yang terdapat pada obat golongan kortikosteroid.

Obat kortikosteroid tergolong istimewa, banyak jenis penyakit yang dapat disembuhkan. Obat ini digunakan untuk mengobati penyakit asma, bronkiale, alergi makanan, alergi obat, biduran, rhinitis alergi (kelainan hidung), artritis (kelainan sendi), dan penyakit lain karena proses alergi. Sayangnya, bila digunakan dalam waktu yang lama akan berakibat buruk untuk penggunanya.
Obat tersebut, selain dapat menimbulkan tukak lambung, juga dapat mengacaukan kadar gula darah, kemunduran elastisitas kulit, katarak, pertumbuhan bulu-bulu tambahan di luar proporsi, memudahkan seseorang terjangkit infeksi, bengkak di wajah dan kaki, hipertensi, dan kerapuhan tulang (osteoporosis).

7. Perokok
Sedikitnya 25 jenis penyakit timbul karena kebiasaan merokok, antara lain kanker kandung kemih, kanker paru, penyempitan pembuluh darah, yang dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke, serta kelainan osteoporosis. Efek merugikan atas kepadatan tulang berbanding lurus dengan masa penggunaan dan banyaknya rokok. Kebiasaan merokok satu batang sehari dalam satu bulan dapat mengakibatkan penurunan massa tulang sebesar 0,004 persen.
Belum diketahui pasti bagaimana merokok dapat mengakibatkan osteoporosis. Diduga, zat-zat dalam rokok mencetuskan pemecahan hormon esterogen pada wanita dan testosteron pada laki-laki secara berlebihan. Akibatnya, jumlah hormon dalam tubuh akan menurun. Dengan menurunnya kedua jenis hormon tersebut, pemeliharaan tulang jelas akan terpengaruh.

8. Peminum Kopi Berlebihan
Banyak yang berpendapat bahwa daya tarik minum kopi ada pada cita rasanya, kesan ritual, dan kehangatan yang ditimbulkannya. Namun, sebetulnya daya tarik utama kopi terletak pada kandungan kafein yang tinggi. Sebagai bahan penyegar, kafein dapat menghilangkan rasa kantuk, reaksi gerak lebih cepat, kewaspadaan dan konsentrasi meningkat.

Sayangnya, minuman ini juga membawa dampak yang buruk bagi kesehatan kita, akan terjadi peningkatan kadar kolesterol sebesar 36 persen, penurunan kadar vitamin B6 sebesar 21 persen, dan penurunan kepadatan tulang sebesar 0,0023 persen. Hal itu akan terjadi bila seseorang minum tiga cangkir kopi setiap hari selama dua minggu.
Penurunan kepadatan tulang ini belum diketahui secara pasti, tetapi para ilmuwan menduga peningkatan pembuangan kalsium terjadi melalui pembuangan air seni akibat efek diuretik kafein.

9. Peminum Alkohol
Secara meyakinkan alkohol dapat mengakibatkan kerusakan banyak organ tubuh. Pada otak akan terjadi kerusakan sel-sel saraf sehingga timbul gangguan fungsi berpikir, rasa, dan perilaku. Pada dinding dalam lambung terjadi luka-luka kecil.
Ancaman yang turut membayangi adalah kerapuhan tulang. Kondisi ini bisa terjadi lantaran adanya kegagalan yang sistematis sifatnya dalam pemeliharaan kadar mineral kalsium yang merupakan unsur penting dalam kepadatan tulang.

Adanya luka-luka kecil yang menahun pada lambung akan mengakibatkan perdarahan di lambung. Meskipun kecil bentuk lukanya, karena berlangsung dalam waktu lama, jumlah darah yang keluar menjadi banyak.

Telah kita ketahui bahwa jumlah kalsium dalam darah cukup banyak. Jika banyak darah yang keluar dari tubuh, akan banyak pula jumlah kalsium yang keluar dari tubuh, sehingga pengurangan atau penyerapan kalsium dari tulang semakin besar dan menandakan bahwa tulang semakin rapuh dengan berkurangnya kalsium tersebut.

(Sumber: Harian Kompas, Edisi Jumat 24 Oktober 2008)
Baca Selanjutnya....

Selasa, 02 November 2010

VIRUS CYTOMEGALIA (CMV)

Apa CMV itu…?
Virus sitomegalia (cytomegalovirus/CMV) adalah infeksi oportunistik (IO). Virus ini sangat umum. Sampai 85% masyarakat di AS terinfeksi CMV pada saat mereka berusia 40 tahun. Statistik untuk Indonesia belum diketahui. Sistem kekebalan tubuh yang sehat mengendalikan virus ini, sehingga tidak mengakibatkan penyakit.
Waktu pertahanan kekebalan menjadi lemah, CMV dapat menyerang beberapa bagian tubuh. Kelemahan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai penyakit termasuk HIV. Terapi antiretroviral (ART) sudah mengurangi angka penyakit CMV pada Odha secara bermakna. Namun, kurang lebih 5% Odha masih mengalami penyakit CMV.
Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Kematian sel ini dapat menyebabkan kebutaan secara cepat jika tidak diobati. CMV dapat menyebar keseluruh tubuh dan menginfeksi beberapa organ sekaligus. Risiko penyakit CMV tertinggi waktu jumlah CD4 dibawah 50. Penyakit CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 diatas 100.
Tanda pertama retinitis CMV adalah masalah penglihatan seperti titik hitam yang bergerak. Ini disebut ‘floater’ (katung-katung) dan mungkin menunjukkan adanya radang pada retina. Kita juga mungkin memperhatikan cahaya kilat, penglihatan yang kurang atau bengkok-bengkok, atau tidak buta. Beberapa dokter mengusulkan pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 kita dibawah 200 dan kita mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya kita langsung menghubungi dokter.
Beberapa Odha yang baru saja mulai memakai ART dapat mengalami radang dalam mata, yang menyebabkan kehilangan penglihatan. Masalah ini disebabkan oleh sindrom pemulihan kekebalan. Sebuah penelitian baru memberi kesan bahwa orang dengan CMV aktif lebih mudah menularkan HIV-nya pada orang lain.

Bagaimana CMV Diobati?
Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus setiap hari, sebagian besar orang memasang ‘keran’ atau buluh obat yang dipasang secara tetap pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup.
Pengobatan CMV diperbaiki secara dramatis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat ini ada tujuh jenis pengobatan CMV yang disetujui oleh FDA di AS. ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai obat CMV jika jumlah CD4-nya diatas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama tiga bulan. Namun ada dua keadaan yang khusus:
1. Sindrom pemulihan kekebalan dapat menyebabkan radang yang berat pada mata Odha walaupun sebelumnya tidak pernah berpenyakit CMV. Dalam hal ini, biasanya pasien diberikan obat anti-CMV bersama dengan ART-nya.
2. Bila jumlah CD4 turun di bawah 50, risiko penyakit CMV meningkat.

Apakah CMV Dapat Dicegah?
Gansiklovir disetujui untuk mencegah (profilaksis) CMV, tetapi banyak dokter enggan meresepkannya. Mereka tidak ingin menambahkan hingga 12 kapsul lagi pada pasien. Lagi pula, belum jelas profilaksis ini bermanfaat. Dua penelitian besar menghasilkan kesimpulan berbeda. Akhirnya, ART dapat menahan jumlah CD4 pada tingkat yang cukup tinggi sehingga yang memakainya tidak akan berpenyakit CMV.


Bagaimana Kita Dapat Memilih Pengobatan CMV?
Ada beberapa masalah yang sebaiknya dipertimbangkan jika memilih pengobatan penyakit CMV aktif:
a. Apakah ada risiko pada penglihatan?
Kita sebaiknya bertindak secara cepat agar kita tidak menjadi buta.
b. Seberapa efektif pengobatan?
Gansiklovir suntikan adalah pengobatan CMV yang paling efektif secara keseluruhan. Bentuk susuk sangat baik untuk menghentikan retinitis. Namun susuk hanya bekerja pada mata yag ditanam.
c. Bagaimana obat diberikan?
Pil paling mudah ditangani. Pengobatan kedalam pembuluh darah meliputi suntikan atau buluh obat yang mungkin menimbulkan infeksi.
d. Apakah terapinya lokal atau sistemik?
Terapi lokal hanya mempengaruhi mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan mengakibatkan kebutaan. Karena itu, penyakit ini diobati dengan manjur waktu pertama ditemukan. Obat baru dalam bentuk suntikan dan susuk menempatkan obat langsung dalam mata, dan menimbulkan dampak terbesar pada retinitis. CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain. Untuk menanggulangi di bagian tubuh lain, kita membutuhkan terapi sistemik (seluruh tubuh). Pengobatan suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir, dapat dipakai.
e. Apa efek sampingnya?
Beberapa obat CMV dapat merusak sum-sum tulang atau ginjal. Ini mungkin membutuhkan obat tambahan. Obat lain meliputi infus selama waktu yang lama. Membahas efek samping pengobatan CMV dengan dokter.
f. Apa saran pedoman?
Baru-baru ini ada beberapa pedoman professional yang menyarankan penggunaan valgansiklovir sebagai pengobatan pilihan untuk pasien yang tidak beresiko segera kehilangan penglihatannya.

Garis Dasar
Penggunaan ART adalah cara terbaik untuk mencegah CMV. Jika jumlah CD4 kita rendah, dan kita mengalami gangguan penglihatan APA PUN, kita harus langsung periksa ke dokter!
Pengobatan langsung pada mata memungkinkan pengendalian retinitis CMV. Dengan obat CMV baru, kita dapat menghindari buluh obat yang dipasang pada tubuh kita dan infus harian.
Sebagian besar orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika jumlah CD4-nya naik dan tetap di atas 100-150 waktu memakai ART.
(Sumber: Lembaran Informasi 501, Yayasan Spiritia)

Baca Selanjutnya....